Wednesday 14 March 2018

Fadli Zon: Pelemahan Rupiah Awal Krisis Ekonomi

Foto: Rachman Haryanto

Jakarta - Wakil Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Fadli Zon mengatakan pemerintah perlu mengkhawatirkan pelemahan rupiah yang belakangan ini terjadi. Nilai tukar rupiah sempat tembus Rp 13.800 per US$.

Pemerintah harus cepat tanggap, kata Fadli Zon, karena pelemahan rupiah bisa menjadi awal mula krisis ekonomi. Apalagi, belum lama lama ini lembaga pemeringkat S&P memprediksi nilai tukar dolar AS bisa menembus Rp 15.000.

"Menurut saya PR yang harus dipikirkan S&P mengatakan bisa tembus sampai Rp 15.000, jangan lupa krisis itu selalu dimulai dari depresiasi rupiah. Ketidaktahanan rupiah kita hadapi us dolar itu pada 20 tahun lalu mengakibatkan krisis berkepanjangan dan mengakibatkan pada krisis politik," kata Fadli Zon di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (14/3/2018).

Jika benar rupiah tembus Rp 15.000 per US$, Fadli menuturkan hal itu sangat membahayakan dan harus segera dibenahi.

"Jadi harus dipikirkan cara. Menurut saya ya pemerintah harusnya mikir, menteri-menteri terkait dan gubernur BI, intervensi-intervensi dan sebagainya kan saya dengar sudah dilakukan tetapi tidak bisa menahan laju, bahkan kita seperti membakar uang," ungkap dia.

Dia mengungkapkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar juga karena menurunnya tingkat kepercayaan terhadap rupiah itu sendiri.

"Ya justru itu. Bandingkan waktu pilpres 2014 itu rupiah masih Rp 11.400-Rp 11.500. Sekarang sudah Rp 13.750, Rp 13.800. Bahkan beberapa kali menyentuh angka Rp 14.000. Berarti ada ketidakpercayaan juga terhadap mata uang kita," kata dia.

Selain itu, Politikus dari Partai Gerindra ini juga meragukan pemerintahan kabinet kerja bisa merealisasikan target-target yang sudah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

"Saya agak ragu ya, ya mudah-mudahan bisa tembus tapi saya agak ragukan. Karena selama 3 tahun berturut-turut, apa yang sudah dicanangkan oleh pemerintah tidak ada yang tercapai. Termasuk pertumbuhan ekonomi," ungkap dia. (zul/zul)

Sumber : https://finance.detik.com